Menikah! Bukan cuma persiapan dan prosesinya aja yang ribet, ya. Memang setelah dinyatakan sah lalu duduk berdampingan di pelaminan segalanya akan menjadi mudah sesudahnya? Coba dipikirkan lagi.
Dari sederetan tugas sebagai
istri, salah satunya adalah menyediakan masakan untuk suami. Tetapi, masa lalu saya dengan dapur tidak
begitu baik. Terlalu banyak trauma yang
tersisa, diantaranya diomelin oleh ibu karena tidak betah 5 menit saja di dalam
dapur. Sampai akhirnya saya tidak pernah
dilibatkan sama sekali kalau ibu sedang menyiapkan makanan untuk keluarga
maupun untuk pesanan kateringnya. Ibu
terang-terangan memilih kakak saya – yang memang berbakat masak – sebagai asisten
dapur. Saya dikucilkan!
Dan setelah menikah saya harus menjadi ratu dapur. Bagaimana bisa? Beruntung suami saya jenis yang
gampangan. Masakan beli di warung pun
tak masalah. Saya jadi bisa sedikit
santai. Tapi lama-lama bosan juga dan
boros pula!
Jadi terlintaslah niat mulia itu
dibenak saya. Saya harus bisa
masak. Saya harus #beranilebih menantang
diri sendiri untuk mengalahkan alergi pada dapur. Saya pikir juga tidak akan terlalu
sulit. Mau masak apa? Tinggal ketik pada mesin pencari, lalu akan
keluar berderet resep yang bisa dipilih.
Tinggal diikuti dengan patuh, niscaya akan berhasil.
Tapi apa iya semudah itu? Bagaimana dengan jari yang tersengat telinga
penggorengan karena lupa menggunakan ‘cempal’?
Atau muka dan tangan yang melepuh kena cipratan minyak panas waktu ampela
yang sedang digoreng meletus? Tidak
banyak resep yang menyertakan tips, bahwa ketika menggoreng ampela terlebih
dahulu harus digores-gores bagian pinggirnya.
Lagi-lagi saya harus #beranilebih menantang diri untuk belajar dan
menguasai hal-hal yang nampaknya remeh itu.
Dan belum lama rumah tangga kami
menghadapi ‘ujian’. Asisten rumah tangga
yang sudah membantu selama 1 tahun undur diri.
Padahal sekarang anak kami sudah dua!
Dengan satu balita dan satu bayi, apalagi yang harus dilakukan? Selain menjalaninya dengan senyum dan tekad
bulat untuk #beranilebih menyingsingkan lengan daster.
Penulis dapat dikontak melalui
akun twitter @okienoor dan fb : okynoorsari