Pagi itu terlihat
kesibukan yang tidak biasa di Istana Aljann.
Para pelayan dan pengawal hilir mudik di setiap ruang dan sudut kastil
sampai ke seluruh penjuru halaman.
Beberapa memeriksa di balik pepohonan sementara yang lain mengitari
taman bunga milik Ratu.
Sesekali mereka saling
menghampiri, saling beradu seperti barisan semut ketika saling berpapasan. Pertanyaan mereka sama. “Pangeran Alfatt sudah ditemukan?”
Pencarian itu berawal
sejak Pangeran tidak muncul di ruang makan saat sarapan.
Bunda Ratu mengira
pangeran sakit.
Namun Bibi Umma, pengasuh
Pangeran, menggeleng. “Tidak Ratu,
Pangeran sehat. Beberapa hari ini makan
malamnya banyak, selalu meminta tambahan roti gandum.”
Qalea, putri Bibi Umma
yang membantu di istana berlari menghampiri ibunya dan Ratu.
“Ibu! Bunda Ratu! Pangeran
tidak ada di kamarnya dan tempat tidurnya sudah rapi.”
Bergegas mereka menuju
kamar Pangeran. Benar saja, jendelanya
terbuka lebar ketika Ratu menyibakkan tirainya.
Wajah Qalea pucat
seketika.
“Astaga! Ada yang menculik Pangeran!”
Ibunda Ratu melongok
keluar jendela dan melihat ke bawah.
“Tenang Qalea, Pengeran
tidak diculik. Ada jejak sepatu Pangeran
di bawah jendela.”
“Dan penculik tidak
akan sempat merapikan tempat tidur kan?” Ratu menunjuk tempat tidur putranya,
lalu tersenyum untuk menenangkan gadis kecil itu.
“Tapi harus segera
dicari. Siapa tahu Pangeran jatuh dan terluka.”
***
Lalu, dimana sebenarnya
Pangeran berada pagi itu?
Ada satu tempat yang
terlewat oleh para pencari. Mereka
melupakan menara pemantau arus Sungai Nahr yang ada di belakang istana.
Duduk bersandar pada
dinding menara membuat Pangeran tidak terlihat dari bawah. Disekelilingnya banyak burung merpati yang
sibuk mematuk remah roti gandum yang disebar olehnya. Sebagian lainnya tampak sabar menunggu dengan
berjajar rapi, bertengger pada bibir pagar menara.
Pangeran sudah lama
berniat ingin mengumpulkan remah roti untuk diberikan pada kawanan burung. Dia berpikir, kasihan sekali burung-burung
itu terbang kesana kemari mencari makan tapi tidak ada satupun yang berbaik
hati memberi mereka makan.
Tak lama Pangeran Alfatt
yang baik hati itu berhasil ditemukan setelah Bunda Ratu curiga dengan menara
yang pagi itu tampak dipenuhi oleh kawanan burung.
Semua orang lega karena
Pangeran sudah ditemukan. Mereka terharu bercampur geli dengan ulah Pangeran
yang ingin memberi makan burung. Bunda Ratu juga senang karena Pangeran berhati
penyayang. Namun Bunda Ratu berkata, lain kali Pangeran harus jujur dan jangan sembunyi-sembunyi
lagi.
*****