Sunday, September 22, 2013

Tradisi Sehat Untuk Keluarga Bahagia



Meski sudah satu tahun menikah, karena harus tinggal di kota yang berbeda, maka pengalaman memasak saya terutama memasak untuk suami terbilang masih nol besar, none!  Maka ketika akhirnya saya dan suami bisa tinggal satu rumah, apalagi kemudian saya memutuskan untuk tidak bekerja di luar rumah, urusan memasak mau tidak mau harus mulai saya pelajari.

Masak apa hari ini sudah bukan merupakan masalah utama karena mencari #resepsehat masakan sudah semudah mengayunkan jari, berkat adanya teknologi.  Asal mengikuti petunjuk yang ada di resep pun masakan yang kita buat bisa dipastikan akan enak rasanya.  Tapi, sudah tepatkah masakan kita bagi kesehatan keluarga kita?

Pesan dari ibu saya maupun ibu mertua akan selalu saya ingat : jangan kebanyakan garam dan gula.  Karena konon ada keturunan darah tinggi di keluarga saya dan gula tinggi di keluarga suami.  Oke, diabetes dan darah tinggi memang bukan penyakit keturunan, tapi bisa ‘menurun’ kalau kami masih menerapkan pola makan yang sama dengan keluarga kami sebelumnya.  Baiklah, pola ini yang harus diputus untuk kebaikan keluarga dan anak-anak kita nantinya. Hitung-hitung juga bisa menghemat belanja pada pos gula dan garam.  Iya kan? :)

Saya sendiri sudah sejak lama hobi meminum teh tawar, karena menurut saya kenikmatan rasa teh akan berkurang meski hanya oleh sepucuk sendok gula saja.  Jadi dimulailah tradisi baru dalam keluarga kami, yaitu : teh tawar, atau teh madu sebagai pengganti gula.  Botol sirup yang ada dalam lemari pendingin pun awet, karena hanya berkurang kalau ada tamu saja.

source : newfrontier[dot]com
Ketika jajan di luar pun kami terbiasa memesan ‘teh anget tawar’ atau ‘jus anu gulanya dikit aja’.  Ah ya! Kami berdua termasuk penggemar berat kuliner, jadi prosentase antara jajan atau masak sendiri bisa dibilang 50:50.  Dan suami saya yang berlidah peka seringkali spontan berucap, ‘emm…kuahnya rasa micin banget nih!’.  Ya, selain gula dan garam, pemakaian penyedap rasa pun harus kami perhatikan.  Sejak itu saya menertibkan lemari bumbu saya, No MSG allowed!  Penyedap sintetis yang pemakaiannya terkadang sudah irrasional di luar sana sebisa mungkin kita minimalisasi kehadirannya di dalam rumah kita sendiri.

Prinsip menghemat gula dan garam yang tadi saya sebutkan tidak berlaku dalam pemakaian minyak goreng.  Saya membiasakan menggoreng dengan minyak sedikit, sehingga ketika berkurang saat digunakan, saya hanya perlu menambahkannya saja.  Ketimbang menggunakan minyak dalam jumlah banyak, namun bersisa dan digunakan berulang kali karena merasa sayang untuk membuangnya.

Kalaupun ingin menghemat pemakaian minyak goreng, sesekali saya memilih masakan (lauk) yang tidak perlu digoreng, misalnya : tempe/tahu/ayam bumbu bacem tanpa digoreng lagi, atau masakan yang dikukus, seperti : tum tahu daging atau garang asem ayam.

Masih banyak lagi tradisi sehat yang keluarga kami jalankan, meski sebagian masih dalam tahap belajar.  Bagaimanapun kebahagiaan adalah tujuan utama dari suatu keluarga, dan keluarga yang sehat ada di dalam kebahagian tersebut.

“Tulisan ini dibuat untuk mengikuti lomba blog dari http://www.resepsehat.com persembahan SunCo Minyak Goreng Yang Baik. Tulisan adalah karya saya sendiri dan bukan merupakan jiplakan” 



Tuesday, June 11, 2013

ANTOLOGI CERPEN JEMBATAN MERAH





Cerita-cerita perjuangan hidup anak manusia dengan segala liku-liku dan konsekuensinya. Sederhana tapi bermakna. Ringan tapi memberi pelajaran. Menyentak kesadaran yang telah lama tak siuman. Mendobrak kebekuan. Membangkitkan idealisme yang sekian lama tercampakkan.
Berani, Berkarakter, Bermakna.

Sudah bisa dipesan. Buku Antologi Cerpen "Jembatan Merah" karya 36 Penulis. Harga Rp 50.000 (belum termasuk ongkos kirim).


Salam,

Okie Noor (penulis Antologi Jembatan Merah & Rainbow)

Promo Pre Order RAINBOW - 20 Flash Fiction Twist Ending (Event Audisi Naskah FF untuk dibukukan. Royalti Bersama 40%...!!!)



Betapapun nyaris sempurnanya dia dan betapapun kami saling menyayangi, sampai kapan pun kami adalah dua entitas yang berbeda, yang tidak akan pernah mengenal kata 'menyatu'.
Ada apa dengan aku dan lelakiku?
 

Kisah diatas bukanlah misteri yang berkepanjangan karena jawabannya seketika dapat tertangkap di akhir cerita.

'Aku dan Lelakiku' adalah salah satu flash fiction diantara 19 cerita seru lainnya yang tergabung dalam '#RAINBOW', sebuah buku kumpulan short story karya 20 penulis dari berbagai kota di Indonesia.

Buku mungil dengan cerita ringan namun ber-ending mengejutkan ini sangat pas bila dinikmati bersama secangkir kopi di sudut cafe favorit, atau kala senggang dalam commuter line, atau sekedar menemani akhir minggu yang santai setelah berkutat dengan aktifitas rutin from monday to friday.

InsyaAllah akan terbit pertengahan Juli'13 dengan bandrol harga 48,500 - free ongkir ke seluruh sudut Indonesia...!!!
Tapi untuk masa pre-order sampai dengan buku rilis, promo hanya 38,500 saja, dan tetap free ongkir selama alamat masih di Indonesia :)

Mau jadi bagian dari buku kumpulan flash fiction berikutnya?

Dicari : 20 Naskah Flash Fiction
Untuk Dibukukan!
Syarat-syarat pengiriman naskah
sebagai berikut :
1. Tema FF (pilih salah satu) : cinta,perjuangan hidup atau misteri/horor;
2. Boleh kisah nyata sendiri, terinspirasi dari kisah nyata teman, atau murni fiktif (rekaan);
3. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia yang benar dan komunikatif;
4. Naskah yang diikutkan karya asli (bukan jiplakan, terjemahan atau saduran), belum pernah dipublikasi dalam bentuk apa pun dan tidak sedang disertakan lomba serupa;
5. Naskah ditulis dalam format word;
6. Panjang FF 450 hingga 750 kata;
7. Twist ending (akhir yang mengejutkan);
8. Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 naskah;
9. Cerpen dikirimkan dalam "lampiran" berupa file WORD, jadi bukan di badan email. Biarkan badan email tetap kosong;
10. Email diberi judul Nama spasi judul Flash Fiction misalnya:
"Alexandra spasi Dirimu Di mana?".
11. Kirimkan naskah Anda ke email : rinra.publishing@gmail.com
12. Naskah dikirim bersama surat pernyataan keaslian naskah, identitas
KTP/Kartu Pelajar/Paspor/SIM/Kartu Keluarga (Pilih salah satu), foto diri pose bebas, profil singkat, beserta no HP dan alamat lengkap.
13. Memiliki buku Rainbow : 20 FF Twist Ending, terbitan Rinra Publishing

Info Pemesanan Rainbow :

Pre-Order Rainbow , dengan Special Price Rp. Rp. 38.500 free ongkir ke seluruh Indonesia.
Untuk pemesanan, sebagai berikut :
• Transfer ke : BCA, no.rek :
445- 121-5048 a/n : OKY ENDAH NOORSARI
• SMS Konfrimasi transfer ke : 085813804099
• Nama lengkap, Alamat pengiriman buku, No telp yang bisa dihubungi, no bukti transfer ke rekening

20 Penulis yang karyanya dibukukan akan mendapatkan royalti bersama sebesar 40%.
• Naskah diterima paling lambat 6 Agustus 2013. Namun naskah yang dikirim lebih cepat, lebih disukai.

Ditunggu naskahmu, sampai bertemu di audisi ini.

Salam,


Okie Noor ( penulis Antologi "Jembatan Merah" dan "Rainbow")

Friday, May 24, 2013

Ibu-ibu Doyan Nulis? Waaaa….., saya bangettt….!!!



Oktober 2011

Saya lupa pada majalah wanita apa tepatnya yang memperkenalkan saya pada IIDN.  Minat saya pada dunia tulis menulis yang kemudian menghentikan tangan saya untuk membolak-balik halaman majalah mengenai serba-serbi pengantin tersebut.  Mata saya menangkap beberapa kata pada deretan panjang judul suatu artikel : Ibu-ibu Doyan Nulis.  Apa ini?  Saya seorang ibu, dan hobi menulis.  Saya harus tuntas dan baik-baik membaca artikel ini, sebelum mbak salon muslimah ini selesai meng-creambath rambut saya.  Ya, yang saya ingat, saya membaca majalah itu di sebuah salon, salah satu tempat yang paling jarang saya datangi.  Dari situlah awalnya saya merasa berjodoh dengan IIDN.
Logo Unik Komunitas IIDN

 Dari artikel itu juga pertama kalinya saya mengenal sosok Indari Mastuti, founder dari komunitas ibu-ibu doyan nulis ini.  Cerita bahwa beliau keluar dari pekerjaan kantoran, lalu menekuni dunia kepenulisan saja sudah membuat saya exciting.  Karena seketika saya merasa seperti : Nah, ini dia, cita-cita saya banget...!  Apalagi kemudian ibu yang selalu tampil dengan busana muslimah yang modis ini mendirikan komunitas IIDN dan agensi naskah Indscript Creative.  Luar biasa! Maka langkah pertama saya adalah search nama Indari Mastuti di facebook. 
Indari Mastuti, Direktur Indscript Creative, Founder Komunitas IIDN
 

Yes!  Tak lama saya sudah bergabung dengan grup yang luar biasa ini.  Takjub betul ketika masuk saya menjumpai kelas-kelas online dengan topik dan materi yang sangat menarik dan bermanfaat.  Ada kelas CurNyol (Curhat Konyol), penulisan script (naskah film cerita), nulis di Blog, kelas Non Fiksi, bahkan ada kelas Fotografi!  Beruntung sekali menemukan grup yang membuat hari-hari saya semakin sibuk dengan fesbuk.  Tentu saja sibuk yang bermanfaat, bukan sekedar sibuk menulis status atau komen sana komen sini.  Kali ini komen-komennya berupa diskusi yang jarang saya ikuti secara aktif karena bagaimanapun urusan rumah dan anak adalah nomor satu, namun dapat saya baca di lain waktu.  Cara belajar yang sangat fleksibel bukan?

Lalu, ngapain aja saya di dalam grup ini?  Berhubung saya haus tantangan untuk menulis dan menghasilkan buku, maka saya rajin memperhatikan postingan dari markom IIDN, ibu Lygia Nostalina.  Dari ibu super dinamis yang lebih dikenal sebagai Lygia Pecanduhujan inilah biasanya postingan mengenai info audisi penulisan buku berasal.  Sekali pernah kisah mini saya ikut terpilih untuk tayang di bukunya : Hot Chocolate for Broken Heart.  Tapi sempat juga gagal dalam audisi beberapa proyek Storycake.
Lygia Pecanduhujan, Sang Markom Komunitas IIDN


Begitulah memang yang terjadi dalam proses belajar bukan?  Patah semangat sepertinya bukan karakter dari anggota IIDN yang keren ini.  Apalagi ibu Indari Mastuti, teh Lygia Pecanduhujan dan anggota-anggota yang lainpun tak pernah berhenti memberikan semangat untuk terus menulis dan nggak pelit dengan ilmu yang tidak pernah putus mereka bagi.


Mei 2013

Hampir 2 tahun sudah saya bergabung dengan IIDN dan dalam rentang waktu selama itu tidak sedikit yang saya peroleh, terutama ilmu dan kawan-kawan baru.  Terimakasih IIDN, usia 3 tahun layaknya balita yang sedang bertumbuh.  Semoga semakin aktif dan meluas kiprahnya untuk memberdayakan dan mengembangkan eksistensi wanita-wanita Indonesia melalui menulis.


Selamat ulang tahun IIDN…!!!  Selamat juga untuk kita, saya dan teman-teman member IIDN semuanya.  Teruslah  belajar, berbagi dan berkarya bersama IIDN.  Hidup ibu-ibu Indonesia…!!!

(Jogja, 24 Mei 2013)


Wednesday, May 15, 2013

Menghayati Cinta dan Kebahagiaan Melalui Meditasi

Cinta dan kebahagiaan. Siapa pun pasti merindukan saat-saat dicintai dan berbahagia dalam kehidupan ini. Namun, sangat disayangkan, semakin banyak orang yang kesulitan merasakan keberadaan cinta dan kebahagiaan tersebut dalam hidup mereka. Tuntutan hidup yang tinggi, kesibukan yang seolah tanpa jeda, jalanan macet, keluarga, dan lingkungan yang tidak mendukung. Semua itu membuat pikiran dan hati menjadi pengap dan pepat, tak ubahnya seperti rumah tanpa jendela.

Namun demikian, bukan berarti kondisi tersebut tidak dapat diatasi. Adjie Silarus, Meditator yang mengkhususkan diri pada teknik meditasi Sejenak Hening ini, mengatakan, “Kita sebenarnya bisa menghapus beban tersebut, dengan cara mengakui dan menerima bahwa hati dan pikiran kita memang sedang dalam keadaan kalut.”
Menerima keadaan diri apa adanya, adalah jendela pertama untuk membantu mengalirkan kelegaan pada diri sendiri. Sebab, jika seseorang mengingkari kenyataan tersebut dan berusaha menekannya dalam-dalam, maka yang terjadi justru sebaliknya. Stres, ketidakbahagiaan, atau rasa sakit yang akan muncul ke permukaan.

“Stres, merasa kehilangan cinta, dan tidak mampu merasakan kebahagiaan, sebenarnya adalah sinyal dari tubuh untuk memberitahu kita, bahwa ada hal yang perlu kita bersihkan. Bisa dari pikiran, bisa pula dari hati. Karena itu, dengarkanlah sinyal tersebut. Sisihkan waktu untuk sejenak memberi kesempatan pada diri sendiri guna menerima segala kabar yang disampaikan oleh tubuh kita,” ujar Adjie.

Penerimaan terhadap setiap hal, baik ataupun buruk, adalah kunci untuk kembali mendapatkan kebahagiaan dan cinta yang didambakan. Menurut Adjie, pada saat seseorang sudah mampu menerima apapun yang dia alami dalam hidup, maka pikiran dan hatinya akan tergerak untuk mencari jalan keluar. Ibarat sebuah bendungan yang tersumbat, ketika penghambatnya disingkirkan, maka air akan kembali mengalir dengan lancar.

“Kita tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk mengembalikan kesadaran terhadap makna penerimaan diri. Cukup sisihkan waktu barang satu menit, atur posisi duduk Anda, tegakkan posisi punggung, dan mulailah mengatur pernapasan. Lepaskan keinginan untuk melawan, dan biarkan tubuh serta pikiran Anda rileks sejenak. Inilah yang disebut Meditasi, yakni sebuah cara untuk membantu kita menyadari dan menerima diri sendiri apa adanya,” ujar Adjie.

Teknik meditasi secara ilmiah terbukti membantu meningkatkan aktivitas otak yang mengarah pada munculnya perasaan sayang dan kesadaran diri, serta mengurangi laju aktivitas bagian otak yang berhubungan dengan munculnya rasa stres; seperti yang dilansir oleh tim peneliti dari Massachussets General Hospital. Sebanyak 16 partisipan diminta melakukan meditasi selama delapan minggu, dan kemudian direkam aktivitas otaknya.

“Meditasi sudah digunakan orang sejak lama untuk membantu menyeimbangkan diri. Namun kemudian banyak yang salah kaprah, mengira bahwa ini hanya khusus untuk agama tertentu. Padahal sebenarnya tidak demikian. Meditasi bisa dipelajari dan dilakukan oleh siapapun,” ujar Adjie Silarus.

Personal Branding Agency, Indscript Creative Manajemen Adjie Silarus, 268ED6C1

Media Digital dan Improvisasi Pendidikan di Indonesia

Pernahkah terbayang dalam benak, jika suatu saat penggunaan media digital dalam proses belajar-mengajar, berkembang lebih jauh daripada sekedar sebagai alat bantu mengajar? Media digital memiliki kelenturan nyaris tak terbatas. Penggunaannya bisa dirancang sedemikian rupa sesuai dengan tujuan serta kreativitas pemakainya. Untuk dunia pendidikan, media seperti ini adalah aset yang sangat berharga. Terutama karena pendidikan ditujukan untuk menghasilkan SDM berkualitas.

Menurut Razi Thalib, CEO dari Bridges & Balloons Digital Agency, pendidikan adalah salah satu kunci untuk menghasilkan sebuah masyarakat yang memiliki standar tinggi dalam suatu pencapaian. “Masyarakat seperti itu yang akan membentuk kultur baru yang lebih sophisticated. Sebuah kultur yang menghendaki kualitas terbaik dalam segala hal; baik itu dalam hal bisnis, pemerintahan, maupun penyediaan layanan masyarakat,” ujarnya.
Pria kelahiran tahun 1980 ini mengatakan lebih lanjut, bahwa media digital dapat dikembangkan menjadi sarana untuk mempermudah manajemen sekolah. Misalnya, sekolah dapat merancang sistem digital yang memungkinkan siswa dan guru mengisi buku absen secara online; yang digabung dengan sistem pengecekan, agar orangtua bisa tahu apakah anaknya bolos atau tidak. Atau misalnya, sekolah menyediakan sistem akses yang membuat siswa dan orangtua bisa mendapatkan catatan rapor dan aktifivas mereka setiap saat tanpa harus datang ke sekolah dan menjalani prosedur rumit.

“Itu akan menghemat banyak waktu serta praktis dalam hal manajemennya. Juga memudahkan pihak sekolah maupun orangtua untuk segera mengambil langkah jika menemukan ada kecenderungan prestasi siswa menurun, atau ada masalah lain yang mengganggu interaksi mereka di sekolah,” ungkap Razi, yang menjadikan utak-atik media digital sebagai salah satu hal yang sangat digemarinya.

Sekolah juga dapat mengembangkan media digital sebagai sarana menumbuhkan sikap kritis serta memperluas akses informasi dan ilmu pengetahuan bagi siswanya. “Sekarang ini, hampir setiap siswa boleh dibilang dapat menggunakan internet. Namun apakah itu sudah dibarengi dengan tumbuhnya sikap kritis atau pengetahuan tentang bagaimana mengolah informasi? Saya yakin belum sepenuhnya ke arah situ,” ujar Razi lagi.

Para birokrat, guru, dan orangtua perlu mulai memberi ruang yang cukup bagi siswa. Sebab selama ini, ada kecenderungan para pengambil kebijakan dan pelaksana masih berusaha mempertahankan status quo; dengan menghambat akses informasi atau mengangkat orang-orang yang kualifikasinya dipertanyakan. Juga masih lazim terjadi, mereka tidak memperkenankan adanya kritik yang muncul dari siswa dan menutup pintu dialog. Padahal justru kedua hal itu sangat penting untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis.

“Mau tidak mau, dengan berkembangnya dunia digital serta kemudahan akses internet, siswa akan mendapatkan apapun yang mereka mau; termasuk jenis informasi yang destruktif. Jadi, mereka perlu mendapat input tentang itu dari pihak sekolah dan orangtua. Bukalah kesempatan seluasnya bagi siswa untuk bertanya, mencoba, dan mengembangkan kemampuan nalarnya. Jelaskan dengan logika dan standar moral secara umum; serta hindari reaksi yang dogmatis, seperti melarang tanpa penjelasan tuntas. Gunakan media digital untuk mempermudah proses belajar-mengajar, dan membantu siswa mendapatkan informasi yang relevan serta melakukan riset untuk tugas sekolah mereka,” ujar Razi.

Mengapa Indonesia Harus Peduli Media Digital?

Indonesia termasuk negara dengan pengguna media digital yang cukup signifikan. Sebut saja dari segi jumlah pengguna media sosial seperti Facebook dan Twitter. Menurut SocialBakers, situs yang mengkhususkan diri untuk soal statistik media sosial, Indonesia menempati peringkat ke-4 di dunia, dengan prosentase pengguna aktif mencapai hampir 20 persen dari total populasi. Sedangkan untuk jumlah pengguna Twitter, Forbes (The World’s Most Active Twitter City? You Won’t Guess It, 30/12/2012) sudah menobatkan Jakarta dan Bandung sebagai kota dengan pengguna Twitter terbesar nomor satu dan enam di dunia.

Semua itu dimungkinkan berkat kemudahan akses internet dan teknologi digital lainnya, serta karakter masyarakat Indonesia yang cenderung sosial dan komunal. Dan dengan angka pengguna sarana digital sebesar itu, seharusnya perkembangan media digital di negara ini melesat cepat. Namun kenyataannya, media digital belum banyak dimanfaatkan untuk keperluan di luar ajang sosialisasi. Lembaga-lembaga penyedia layanan masyarakat, pendidikan, industri, dan bisnis, hampir bisa dibilang semuanya belum melek media digital.

“Salah satu penyebab utamanya adalah cara berpikir masyarakat yang belum banyak beranjak dari segi fungsi. Mereka lebih sering berpikir untuk sekadar menggunakan, meniru, atau mengikuti tren, tanpa mengeksplorasi penggunaan media digital lebih jauh,” ujar Razi Thalib, CEO Bridges and Balloons Digital Agency ini.

Menurut Razi, media digital seharusnya sudah difungsikan lebih jauh, misalnya untuk menyebarkan konten yang menjalin loyalitas, menghemat waktu, dan memberikan solusi untuk keperluan sehari-hari. “Sayang sekali jika kita hanya berhenti sekedar sebagai konsumen, tanpa memanfaatkan akses dan kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi digital untuk berkarya. Padahal potensi yang dimiliki negara ini sangat besar,” urai Razi lagi.

Penggunaan media digital oleh para pelaku bisnis saat ini kebanyakan hanya berhenti pada target sekadar untuk meraup jumlah pengunjung sebanyak mungkin. Jarang ada pemikiran lebih jauh, misalnya menggunakan desain dan konsep interaksi untuk mengubah pengunjung menjadi pembeli setia.
“Misalnya Anda punya produk berupa cokelat. Yang layak Anda lakukan selain menjualnya, adalah mengedukasi konsumen tentang produk itu. Bagaimana mengenali cokelat berkualitas tinggi, dari penampilan, aroma, dan rasanya. Lalu informasikan tentang konsep Fair-Trade, di mana para petani bisa menjual hasil kebun cokelat mereka dengan harga layak dan tidak dipermainkan oleh pasar. Ciptakan sebuah kesadaran, bahwa ada sisi lain dari bisnis Anda yang menyentuh aspek kemanusiaan atau lingkungan. Juga gambarkan mengapa sangat penting bagi konsumen untuk mendukung perusahaan yang memiliki idealisme, dan tidak semata-mata berbisnis,” ujar Razi.

Menurut Razi Thalib, kini sudah saatnya para pengguna media digital di Indonesia mengoptimalkan teknologi ini dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak lagi sekadar sebagai pemakai, namun juga menggunakannya sebagai media untuk mengedukasi masyarakat, merubah cara berpikir, memberikan solusi, serta mendorong mereka ke arah perubahan yang lebih baik.

Cerdas yang Menular

Di dunia ini, kita mengenal adanya manusia yang cerdas. Juga, ada manusia yang dianggap tidak memiliki pemikiran yang cerdas atau lambat berpikir. Jumlah manusia yang memiliki pemikiran yang cerdas dapat dikatakan cukup banyak, tetapi sangat jarang sekali orang membahas tentang cerdas yang menular.

“Kita sangat jarang atau bahkan dapat dikatakan tidak pernah mendengar ada kecerdasan yang mampu menular ke orang lain. Hal yang paling sering kita dengar adalah penyakit yang menular atau rasa emosional yang dapat menular ke orang lain,” ujar Ermalen Dewita, motivator pemberdayaan diri yang aktif memberikan pelatihan pengembangan diri ini.

Ternyata, dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan, bahwa kepintaran atau kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang bisa ditularkan kepada orang lain. Penelitian ini bukan omong kosong belaka, tetapi dilakukan dengan pengujian terhadap sampel yang didapatkan dari lingkungan akademik. Sampel yang digunakan dalam pengamatan ini, berasal dari para siswa yang berada di wilayah tersebut. Dari hasil penelitian, diperoleh sebuah kejutan yang sungguh spesial. Ternyata, kecerdasan bisa menular atau bisa disebut cerdas yang menular.

Seorang anak memiliki peringkat ke-100 di sekolah kemudian berteman dengan anak yang memiliki peringkat ke-50. Dari pertemanan tersebut, anak dengan peringkat ke-100 mengalami kenaikkan peringkat hingga 10-15 peringkat. Melalui fakta ini, bisa diambil kesimpulan bahwa kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang bisa ditularkan. Memiliki lingkungan yang baik akan mampu membuat orang lain menjadi baik pula. Hal tersebut dibuktikan oleh anak dengan peringkat ke-100 yang mengalami kenaikan peringkat, dikarenakan berteman dengan anak yang lebih pintar.

Dewi, panggilan akrab Ermalen Dewita, mengatakan, “Kualitas diri seseorang dapat dilihat dari lingkungan dan teman-teman yang sering diakrabinya. Semakin tinggi tingkat kecerdasan teman yang diakrabi, akan semakin besar peluang bagi diri kita untuk menjadi lebih pintar. Sebaliknya, bagi mereka yang pintar, tidak akan bertambah bodoh. Karena, tidak ada yang dapat membuktikan, seorang guru akan menjadi bodoh ketika mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada muridnya. Malah, guru menjadi lebih pintar karena banyaknya pertanyaan dan masalah yang ditemukan”

Dengan demikian, kita sekarang tahu bahwa cerdas yang menular ada. Mulai sekarang, silakan mencari teman yang pintar atau cerdas agar kita menjadi cerdas pula.