Friday, August 26, 2005

I remember when (2)

semalam,
aku ada disuatu ruangan,
pandanganku mengitari
dari satu sudut ke sudut yang lain
begitu banyak manusia

satu adegan yang menyita perhatian
memaksa untuk tidak mengalihkan pandang
meski terasa ada yang sakit
disini, dihatiku mungkin

seorang gadis,
duduk merapat,
bersandar manja
pada seorang lelaki
setengah baya

dari wajahnya aku tahu
mereka ayah dan anak
dan hey!
rasa sakitku makin terasa
bahkan menjalar ke wajah dan mataku
yang kian memanas

gadis itu menyandarkan kepalanya
dibahu yang tidak lagi kuat itu
mungkin dia mengantuk,
karena memang malam telah larut

tapi please ....
aku iri,
pada gadis itu

aku tidak punya lagi bahu seperti itu
yang menguarkan aroma 'bapak'
aku tidak punya lagi lengan itu
yang bisa kupegang erat saat aku perlu

aku ingat, kapan ya ....
dibahu seperti itu
aku pernah menangis
aku pernah berpegangan
waktu berboncengan
waktu sekedar berjalan dibelakangnya

pak, tahu tidak ..
kadang aku perlu menyandarkan kepala ini
kadang aku perlu berpegangan di lenganmu
kadang aku perlu mencari kekuatan digenggaman tanganmu
kadang aku perlu bercerita kebahagiaanku
kadang aku perlu bercerita dosa-dosaku
kadang aku perlu dimarahi lagi
seperti dulu ...

Sudirman Aug 26, 2005
still missing you...




Tuesday, August 23, 2005

Berteduh di Langit Biruku (3)


Berat juga belajar menyukai langit ini,
Kadang seperti cinta–suka–kasih–cemburu yang palsu
Hanya duplikasi
Menyentuh ketika disentuh
Membelai ketika dibelai
Mencium ketika dicium
Sampai tiba waktunya
Mencintai ketika dicintai
Meski lelah, sampai juga saatnya,
aku bisa menyebutnya ‘langitku’

Hingga waktu berganti menyebutnya,
pada langit ini aku bersandar,
tidak selamanya suka
ada waktunya tersaput mendung
ada kalanya dibasahi gerimis
ada saatnya diguncang halilintar
ada ketika rengkuhan langit tak lagi erat
kala berganti hari , aku masih ada disana
kala itu sadar datang,
‘aku telah jatuh cinta pada langitku’

Kidung dijiwa mengalun
Kau udara yang ingin untuk kuhirup
Kau yang kuat kala ku lemah
Kau yang berkata kala ku diam
Kau tempatku berlindung kala badai

Dari hari – minggu – bulan – hingga tahun,
Langit ini mulai pudar kecerahannya
Awan tak lagi putih
Angin berhembus semakin kencang
Memutarbalikkan alam kasih
Memporakporandakan langitku
Hujan tak lagi hanya gerimis,
Badai kerap melintas

Friday, August 19, 2005

I remember when (1)


(August 25, 2004)
I pick you a t the door, when you back home from your office.
I show you my home work, eventhough I never have it. I’m not school yet !!
I give you my sister’s book, that full with my handwriting.
Then you laugh….
You call me smarty, your sweety daughter.

You raise my hands, lift me up and …swing !!! To the left then to the right.
I’m laughing and feel glad.

Then I’m growing, bigger and bigger, we often speak each other , about everything.
Politics, we discuss about logic and we talk about life. How our lifes supposed to be.
You trust me to much.
You gave me all the change and challenge
So that, I felt that I’m your special daughter
I’m your golden child !!!

Wednesday, August 17, 2005

Berteduh di Langit Biruku (2)


Langit itu bernama ‘cinta’
Menimang lembut pada hamparan awannya
Putih,
Awan cinta ini membawaku jauh – menjauh dari langit biruku
Bintang – kau sudah temukan langitmu, kamu masih saja
manis berkata, sebagai bulan
Biarpun perlahan menjauh, sesekali tatapan masih tertambat pada langit biruku
Sampai kapanpun kau tetap langit biruku, janji hatiku

Tuesday, August 16, 2005

Berteduh di langit biruku (1)


Dulu,
Kamu bisa tahu
Kalau aku cinta kamu
Maka kamu berlalu
Karena kamu tak mau
Kamu,
Berkirim kata
Lewat mata
Dari pena
Tapi tidak dalam bicara
Lirikmu,
Menyelinap kalbu
Iramamu,
Adalah nafasku
Lagumu,
Jadi hidupku
Musim berganti yang ada hanya menanti
Berlalu masa, cinta pun menggila
Menutup mata dunia juga hati
Menulikan telinga
Mematikan indera
Mendustakan realita
Kamu masih belum mau
Aku pun tak pernah malu
Malu hanya milik si bersalah
Dan salahkah mencintai langit biruku?
Bukan langit biru, katamu
Kau bulan,
Yang selalu dan selamanya
Berkawan denganku, si bintang
Masih katamu juga
Tanpa ingat,
Ada jutaan bintang yang jadi kawannya
Salah siapa kalau :
Bulan selalu mengitari bumi
Tidak selalu disisi bintang yang sama setiap saat
Selalu tersenyum pada semua bintang
Dan bintang ini menangis
Inginku,
Kau tetap langitku
Karena disitulah aku, si bintang
Selalu terpahat di langit yang sama
Pernah kau marah
Bulan yang tak lagi mau berkawan dengan bintang
Mendunglah langitku, gelap
Bintangpun takut tersenyum
Ditelingaku, langit terdengar berkata
“Carilah langit yang lain”
Bintang ini berlalu, kau tahu….
Menguji rasa ketika sepotong langit merengkuhnya
Merasakan hangat dan manis yang berbeda